YAYASAN TSENG KAI


Sejarah Yayasan Tseng Kai

Biografi Tseng Kai

Profil Juliana Tjandra

Aspek Legal

SEJARAH YAYASAN TSENG KAI


Berawal dari seorang pria kelahiran tahun 1911, yang pada akhir hayatnya bertempat tinggal di Hongkong, yang merupakan lulusan Universitas Sun Yat Sen (RRT) dan mendalami ilmu akupunktur.

 

 

Suatu hari Beliau diminta Dr. Sumarno (Gubernur DKI Jakarta saat itu) untuk mengobati Prof. Dr. Sutomo Tjokronegoro (Guru Besar Universitas Indonesia) yang sudah divonis tidak dapat disembuhkan penyakitnya. Prof. Dr. Sutomo Tjokronegoro menjanjikan jika beliau sembuh, maka akupunktur boleh masuk RSCM, dan ternyata beliau sembuh dengan akupunktur. Sejak tahun 1963 itulah akupunktur resmi menjadi salah satu cara pengobatan di RSCM, di bawah naungan penyakit dalam.

 

Tahun 1964 Prof. Dr. Satrio (Menteri Kesehatan saat itu) memperkenalkan akupunktur secara luas di kalangan dokter dan melalui Menteri Kesehatan Tiongkok, mendatangkan Prof. Huang Xian Ming (pakar akupunktur) untuk mendidik dokter-dokter spesialis di RSCM sehingga pada tahun 1965 terbentuklah unit akupunktur secara mandiri.

 

10 tahun setelah berdinas di unit akupunktur RSCM, tepatnya tahun 1973, Tseng Kai akhirnya berdiri sendiri, dengan dibantu oleh putrinya, Juliana Tjandra yang juga telah belajar dan mendalami akupunktur sejak tahun 1958. Pada tahun 1960, Juliana Tjandra bahkan pernah memperdalam ilmu akupunkturnya di Xiamen TCM University, Xiamen, Tiongkok.

 

Tahun 1973, Tseng Kai mendirikan kursus akupunktur dengan nama Lembaga Pendidikan Akupunktur (LPA) Tseng Kai. Angkatan pertama diikuti oleh 25 peserta yang terdiri dari dokter umum, dokter hewan dan insinyur. LPA Tseng Kai pun berkembang pesat. Masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan tertarik mendalami ilmu akupunktur ini. Pada akhir tahun 1980 kepemimpinan LPA Tseng Kai beralih ke Juliana Tjandra. Bersama tim pengajar lainnya, LPA Tseng Kai terus melangkah maju dan berkembang pesat sampai saat ini.

 

Lilis Christine (sehari-hari dipanggil Christine), putri dari Juliana Tjandra, merupakan generasi ketiga Tseng Kai yang juga mendalami ilmu akupunktur. Christine telah memiliki bakat dalam pengobatan akupunktur sejak ia masih kecil. Hal ini terlihat selama Christine membantu praktek akupunktur ibunya.

 

Saat duduk di bangku SMA, Christine mempelajari ilmu akupunktur secara formal bersama-sama dengan murid-murid kursus lainnya. Beberapa kali Christine juga ikut ibunya ke luar negeri untuk menambah pengetahuan di bidang akupunktur. Sejak tahun 2002, Christine memulai praktek akupunkturnya sendiri secara penuh waktu dikliniknya sendiri yang bernama "Klinik Vikrist", sekaligus mengambil alih peran ibunya yang semenjak itu hingga saat ini lebih banyak aktif di bidang organisasi dan pendidikan, baik di dalam maupun di luar negeri.

 

Christine yang juga mempunyai latar belakang pendidikan formal di bidang keuangan dan pemasaran, berbekal ilmu akupunktur turun-temurun dan yang telah dipelajarinya di tempat lain, menjadikan Klinik Vikrist menjadi salah satu klinik akupunktur yang profesional dan kompeten dalam hal akupunktur kesehatan dan kecantikan. Selain itu, Christine juga turut membantu dalam pengelolaan LPA Tseng Kai sehingga lebih mapan.